Jumat, 10 Mei 2013

WANITA YANG BERUNTUNG


Suasana pagi itu sangat sibuk. Jam menunjukan pukul 08.30 ketika seorang lelaki tua umur 80-an masuk untuk meminta aga jahitan di ibu jarinya dilepas. Ia berkata bahwa ia sedang terburu-buru karena ada janji pukul 09.00. Aku memahami gelagatnya lalu memintanya untuk duduk. Aku tahu pekerjaan ini akan memakan waktu lebih dari satu jam sebelum orang lain bisa menemuinya.
                Sambil merawat lukanya aku terlibat dalam pembicaraan dengannya. Aku bertanya apakah pagi ini ia punya janji dengan salah seorang dokter di sini karena ia tampak begitu terburu-buru. Ia menjawab tidak, ia harus pergi ke rumah perawatan (nursing home) untuk sarapan bersama istrinya. Aku lalu bertanya tentang keadaan istrinya. Ia berkata bahwa istrinya menderita Alzheimer dan belum lama dirawat di tempat itu.
                Sambil mengobrol, kuselesaikan balutan di ibu jarinya. Aku bertanya apakah istrinya akan merasa khawatir bahwa hari ini ia agaak terlambat. Ia menjawab bahwa istriya sudah lima tahun tidak lagi mengenalinya.
                Aku merasa terkejut dan bertanya, “Apakah kau pergi ke sana setiap hari meski istrimu sudah tidak mengenalimu?”
                Ia tersenyum, menepuk tanganku lalu berkata, “Benar ia tidak mengenaliku, tapi aku kan mengenalinya!”
Sumber:               Hikmah dari Seberang, Unknown Author, Pustaka Zawiyah.