Jumat, 21 September 2012
Selasa, 11 September 2012
Kamis, 06 September 2012
TUKANG ROTI DAN PETANI
Seorang
tukang roti di sebuah desa kecil membeli satu kilogram mentega dari seorang
petani. Ia curiga bahwa mentega yang dibelinya tidak benar-benar seberat satu
kilogram. Beberapa kali ia menimbang mentega itu, dan benar, berat mentega itu
tidak penuh satu kilogram. Yakinlah bahwa petani itu telah melakukan
kecurangan. Ia melaporkan kepada hakim, dan petani itu dimajukan ke sidang
pengadilan.
Pada saat sidang, hakim berkata
pada petani, “Tentu kamu punya timbangan?”
“Tidak
tuan hakim,” Jawab petani.
“Lalu,
bagaimana kamu bisa menimbang mentega yang kamu jual itu?” Tanya hakim.
Petani
itu menjawab, “Ah, itu mudah sekali dijelaskan, Tuan Hakim. Untuk menimbang
mentega seberat satu kilogram itu, sebagai penyeimbang, aku gunakan saja roti
seberat satu kilogram yang aku beli dari tukang roti itu.”
Cukup
banyak contoh, kekesalan kita pada orang lain berasal dari sikap kita sendiri
kepada orang lain.
Sumber : Satu Nusa, Daryanto.
Sabtu, 01 September 2012
HIDUPLAH SAAT INI
Pada
suatu pagi buta, seorang pemuda mendatangi rumah gurunya yang dikenal bijak di
desa itu. Si guru sambil mengusap matanya dan menahan kantuk, membuka pintu
sambil berkata, “Ada apa anakku? Pagi-pagi begini menggangu nyenyak tidurku.
Ada sesuatu yang penting?”
Pemuda menjawab. “Maaf guru,
maafkan saya terpaksa mengganggu tidur guru. Ada sesuatu yang ingin saya
tanyakan.”
Pemuda itu pun segera
menceritakan semalam dia bermimpi dijemput malaikat dan diajak pergi
meninggalkan dunia ini. Dia ingin menolak tetapi sesuatu sepertinya memaksanya
harus pergi. Saat tarik-menarik itulah, dia terbangun sambil berkeringat dan
tidak dapat tidur lagi. Si pemuda kemudian bertanya kepada gurunya, “Guru,
kapan kematian akan datang kepada manusia?”
Gurunya
menjawab, “Saya tidak tahu anakku. Kematian adalah rahasia Tuhan.”
“Aaaakh,
Guru pasti tahu. Guru kan selalu menjadi tempat bertanya bagi semua orang di
sini,” desak si murid.
“Baiklah.
Sebenarnya rata-rata manusia meninggal pada usia 70 sampai 75 tahun. Tetapi
sebagian ada yang tidak mecapai atau melebihi dari perkiraan tersebut.”
“Jadi
umur berapakah manusia pantas untuk mati?”
Sang
guru menjawab, “Sesungguhnya, begitu manusia dilahirkan, proses penuaan
langsung terjadi. Sejak saat itu, manusia semakin tua dan kapan pun bisa
mengalami kematian.”
“Lalu
bagaimana sebaiknya saya menjalani hidup ini?”
“Hiduplah
saat ini, hidup sesungguhnya adalah saat ini, bukan besok atau kemarin. Hargai
hidup yang singkat ini. Jangan sia-siakan waktu. Bekerjalah secara jujur dan
bertanggung jawab,usahakan berbuat baik pada setiap kesempatan. Jangan takut
mati, nikmati kehidupanmu! Mengerti?”
“Terima
kasih guru, saya mengerti. Saya akan belajar dan bekerja dengan
sungguh-sungguh, berani mengahadapi hidup ini, sekaligus menikmatinya. Saya
pamit guru.”
Sumber: Kumpulan Cerita Motivasi.
Daryanto.
PT. Sarana
Tutorial Nurani Sejahtera.
Langganan:
Postingan (Atom)